Monday, October 21, 2013

Kembara JWJ - Jejak Warisan Walisongo

Walisongo atau Wali 9 dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.





Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini disebut-sebut nama mereka sehinga ke hari ini.
KEMBARA JWJ kali ini mengajak para pencinta sejarah perkembangan Islam di Nusantara untuk ke Tanah Jawa menziarahi makam-makam tokoh-tokoh terbilang ini. Pakej lawatan ini sekali gus mendapat keterangan mengenai sejarah mereka dan sudah pasti kita dapat menghayati penjuangan mereka dalam menyebarkan islam.




Selain itu kita juga dapat menyaksikan cara hidup masyarakat Jawa dan suasana yang unik di sekitar perjalanan ke makam-makam tersebut, sambil-sambil menikmati masakan Jawa yang dijual oleh para penjaja di serata tempat.

Program ini hanya 5 Hari 4 Malambermula dari RM950 sahaja.
[Harga Pakej Lawatan berdasarkan secara berkumpulan dengan minima 4 orang dan harga tersebut adalah bagi setiap seorang. Harga termasuk 1. Penginapan, 2. Kenderaan 3. Makan sahaja. Tiket kapalterbang dibeli sendiri oleh peserta]

Untuk keterangan lanjut sila hubungi : 
sdr Yufardi Djamily Tel 018-3668 729
atau email : majmakbudayadanwarisanjawi@gmail.com

Tentetif Program Kembara : Jejak Warisan Wali 9, Jawa

TENTETIF PROGRAM KEMBARA : 26hb - 30hb Mac 2014

Hari 1 : KUALA LUMPUR - SURABAYA
Berlepas dari KL pagi dan dijangka tiba tengahari. Selepas makan bergerak ke [1] Makam Sunan Ample kemudian bersiar-siar di kota Surabaya.

Hari 2 : SURABAYA - GRESIK - LAMONGAN - TUBAN
Selepas sarapan pagi bergerak ke Gresik melawat [2] Makam Sunan Malik Ibrahim dan [3] Makam Sunan Giri. Makan tengahari nasi padang dan kemudian ke Lamongan melawat [4] Makam Sunan Drajad dan bergerak seterusnya ke Tuban melawat makam [5] Makam Sunan Bonang. Makan malam dan bermalam di Tuban.

Hari 3 : TUBAN - MURIA - KUDUS - DEMAK - SEMARANG
Selapas sarapan pagi bergerak ke Gunung Muria perjalanan makan masa 3 jam jarak 170 km. Makan tengahari di sekitar muria sebelum memanjat gunung Muria dengan 'ojek' sejauh 3km untuk melawat [6] Makam Sunan Muria. Seterusnya ke Kudus melawat [7] Makam Sunan Kudus dan lansung ke Demak untuk melawat [8] Makam Sunan Kalijaga dan diakhir pada malam ini dengan solah di Masjid Agung Demak. Makan malam dan makan malam di Semarang.

Hari 4 : SEMARANG - CIREBON - BANDUNG
Sarapan di Semarang dan tersu bergerak ke Cirebon dengan perjalanan sejauh 234 km jangkaan 5 jam. Melawat [9] Makam Sunan Gunung Jati dan Masjid Agung Cirebon, kemudian meneruskan perjalanan ke kota Bandung sejauh 135 km jangkaan 3 jam perjalanan. Makan malam dan bermalam di kota Bandung.

Hari 5 : BANDUNG - KUALA LUMPUR
Free and easy di kota Bandung sehingga waktu petang. Berlepas pulang pada waktu malam ke Kuala Lumpur. Kapalterbang jam 1920 malam.




Sunday, October 20, 2013

Wali Songo atau Wali 9

Lokasi Makam-Makam Wali Songo

1. Maulana Malik Ibrahim

Lokasi :
Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

Latar Belakang Sejarah :
Maulana Malik Ibrahim juga disebut sebagai Sunan Gresik, atau terkadang Syekh Maghribi dan Makdum Ibrahim As-Samarqandy. Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi Asmarakandi.Sebagian cerita rakyat, ada pula yang menyebutnya dengan panggilan Kakek Bantal.Maulana Malik Ibrahim adalah wali pertama yang membawakan Islam di tanah Jawa. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan yang tersisihkan dalam masyarakat Jawa di akhir kekuasaan Majapahit. Misinya ialah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pada tahun 1419, setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Maulana Malik Ibrahim wafat. Maulana Malik Ibrahim adalah sosok penyebar agama Islam di tanah Jawa dan merupakan wali tertua dari kesembilan wali. Di dalam kompleks makam ini terdapat makam - makam keluarga dan umum.

Deskripsi Bangunan :
Bangunan dari Makam Maulana Malik Ibrahin mempunyai kekhasan tersendiri, hal ini terlihat dari baha batu nisan dan gaya tulisan Arab. Batu Nisan terbuat dari marmer dengan gaya Gujarat.



2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

Lokasi :
Lokasi makam Sunan Ampel terletak didalam komplek masjid Jami Ampel di Surabaya

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat adalah putra Maulana Malik Ibrahim, Muballigh yang bertugas dakwah di Champa, dengan ibu putri Champa. Jadi, terdapat kemungkinan Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dari ayahnya dan Champa dari ibunya. Sunan Ampel adalah tokoh utama penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya untuk Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya.

Deskripsi Bangunan :
Didepan makam ada dua pintu gerbang besar bergaya Eropa. Makamnya terpisah dengan dari makam lainnya dan diberi pagar teralis dari besi setinggi 110 cm. Diarah kaki (bagian selatan) ada pintu yang dapat dibuka dan ditutup yang dilengkapi dengan kunci gembok. Jiratnya disusun empat tingkat dan nisannya bagian atas berbentuk seperti daun teratai. Pada sisi jiat bagian selatan dituliskan keterangan diri tentang Sunan Ampel dalam aksara Latin.



3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim

Lokasi :
Lokasi Makam Sunan Bonang terletak di Bonang adalah desa di kecamatan Panyingkiran, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Jepara.

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau meninggal, kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.



4. Sunan Drajat atau Raden Qasim

Lokasi :
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari surabaya maupun Tuban lewat Jalan Dandeles (Anyer - Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran pribadi.

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan.

Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama islam di desa Drajad sebagai tanah perdikan dikecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi.



5. Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq

Lokasi :
Jafar Shodiq atau Sunan Kudus dimakamkan di Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Di samping puluhan makam di kawasan itu terdapat pula makam putra Sunan Kudus yaitu Pangeran Palembang. Makam Sunan Kudus sendiri terdapat di tengah-tengah bangunan induk berbentuk joglo.

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.

Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan kebudayaan Islam dan Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus.Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang.
Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah.Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.



6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin

Lokasi :
Beliau dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra.






7. Sunan Kalijaga atau Raden Said

Lokasi :
Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.



8. Sunan Muria atau Raden Umar Said

Lokasi :
Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus)

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung.Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.





9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Lokasi :
Kawasan Perziarahan makam Sunan Gunung Jati yang terletak di desa Astana kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang di lintasi jalur Cirebon Indramayu. Kawasan ini telah di kenal luas,bahkan hingga ke mancanegara. kawasan ini potensial untuk di tingkatkan menjadi obyek wisata utama,dan tempat ziarah di Cirebon pada khususnya dan untuk pengunjung luar juga pada umumnya, di samping tetap melestarikan sebagai tempat peziarahan.

Latar Belakang Sejarah :
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Di titik ini (Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat) bertemulah garis nasab Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang, seorang putri keturunan keraton Pajajaran, anak dari Sri Baduga Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang. Makam dari Nyai Rara Santang bisa kita temui di dalam klenteng di Pasar Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor.



Powered byEMF Online Form